Ustaz Yahya 041124

Kuliah Maghrib

• Tarikat Sufiyyah
   - Cabang ilmu tasawwuf
   - Mengikut sunnah Rasulullah SAW
   - Tasawuf Junaidi yang diiktiraf

• Ilmu Tasawuf yang pengembangannya berdasarkan Alquran dan Hadis Nabi Saw. Diantara tokohnya adalah Imâm Junaidi al-Bagdâdi. Teori tasawuf nya diakui sebagai tasawuf yang beraliran Ahl al-Sunnah wa al-Jam'ah, yaitu (1) Konsistensi terhadap Alquran dan Hadis, (2) Konsistensi terhadap šariat, (3) Bersih dalam Aqidah, (4) Ajaran Tasawufnya moderat.

• Tasawuf Junaidi ini tidak mengizinkan pengikutnya melakukan amalan yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah SAW.

• "Terdapat beberapa sahabat Rasulullah SAW yang menanyakan kepada istri-istri Nabi Muhammad SAW perihal ibadah beliau di rumah. Lalu sebagian mereka berkata, 'Saya tidak akan menikah, sebagian lagi berkata, 'Saya tidak akan makan daging,' sebagian yang lain berkata, 'Saya tidak akan tidur di atas kasur (tempat tidurku), dan sebagian yang lain berkata, 'Saya akan terus berpuasa dan tidak berbuka.' Abu Daud (perawi dan pentakhrij hadits) berkata, 'Berita ini sampai kepada Nabi SAW, hingga beliau berdiri untuk berkhotbah seraya bersabda setelah memanjatkan puja-puji syukur kepada Allah SWT, "Bagaimanakah keadaan suatu kaum yang mengatakan demikian dan demikian? Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku salat dan tidur, dan aku juga menikahi perempuan. Maka barangsiapa yang membenci sunnah (tuntunan)-ku maka ia tidak termasuk golonganku." (HR Abu Daud)

• Ajaran tasawwuf yang utama adalah jalan untuk sesaorang itu menundukkan nafsunya.

• Ajaran tasawwuf juga adalah cabang agama dari aspek ehsan. Yang terdapat didalam hadith yang mana malaikat Jibrail datang bertanya Baginda Rasulullah SAW mengenai Islam, Iman, dan ehsan dihadapan para sahabat.

• Saidina Umar meriwayatkan "Ketika kami duduk di sisi Rasulullah SAW pada suatu hari, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya dan sangat hitam rambutnya, tidak kelihatan padanya tanda perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalinya.

Sehinggalah dia duduk di hadapan Nabi SAW lalu merapatkan kedua lututnya kepada lutut Baginda, lalu berkata: "Wahai Muhammad, ceritakan kepadaku tentang Islam." Sabda Rasulullah SAW: "Islam adalah engkau bersaksi bahawa tidak ada tuhan yang disembah melainkan Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan Solat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan menunaikan haji jika mampu." Kemudian dia berkata: "Anda berkata benar". Kami hairan, dia yang bertanya, dia pula yang membenarkan.

Kemudian dia bertanya lagi: "Ceritakan kepadaku tentang Iman". Lalu Baginda bersabda: "Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-RasulNya, hari akhirat dan engkau beriman kepada takdir yang baik atau yang buruk." Kemudian dia berkata: "Anda berkata benar." Kemudian dia berkata lagi: "Beritahukan kepadaku tentang Ihsan". Lalu Baginda bersabda: "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihatNya maka Dia melihat engkau".

Kemudian dia berkata: "Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat (bila ia akan berlaku)". Beliau bersabda: "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya." Dia berkata: "Ceritakan kepadaku tentang tanda-tandanya." Baginda bersabda: "Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat pengembala kambing yang berkaki ayam, tidak berpakaian dan miskin, (kemudian) berlumba-lumba meninggikan bangunannya".

Kemudian orang itu berlalu dan aku (Umar RA) membisu beberapa ketika. Kemudian Baginda bertanya: "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Aku berkata: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui". Baginda bersabda: "Dialah Jibril yang datang kepada kamu untuk mengajarkan agama kamu."

Riwayat Muslim

• Nafsul Mutmainnah adalah jiwa yang telah mendapat ketenangan; telah sanggup untuk menerima cahaya kebenaran sang Ilahi. Juga jiwa yang telah mampu menolak menikmati kemewahan dunia dan tidak bisa dipengaruhi oleh hal tersebut.

• Nafsu ini memuat pemiliknya merasa berpuas diri dalam pengabdiannya kepada Tuhan. Dia juga akan selalu berbuat amal saleh (kebajikan kepada sesama makhluk).

• Nafsu Mutmainnah dapat diartikan sebagai nafsu yang disinari cahaya, sehingga dapat mengosongkan hati dari sikap tercela dan terhiasi dengan sifat terpuji. Nafsu ini dapat menciptakan ketenangan jiwa bagi seseorang. Orang yeang berada di tingkatan ini adalah orang yang sedang menuju ke taman Ilahi. Dapat ditemukan sifat-sifat yang terpuji dalam nafsu mutmainnah seperti dermawan, tawakal, ibadah, syukur, ridho, dan takut kepada Tuhan. Dalam agama Islam, hal ini teah disebutkan dalam AlQur'an surat Al-Fajr ayat 27-28 sebagaimana berbunyi: Hai jiwa yang tenang, kembalilah kamu kepada Tuhanmu dengan ridho dan diridhoi.[2]

Nafsu ini dimiliki oleh orang yang beriman pada tingkatan khusus (Arab:khawas) atau orang-orang yang telah dekat dengan Tuhan.

• Daripada Ibn Abbas, sabda Rasulullah SAW:

تفكَّرُوا فِي خَلْقِ اللهِ ولَا تَفَكَّرُوا فِي اللهِ

Maksudnya: Berfikirlah kamu tentang makhluk Allah, dan janganlah kamu berfikir tentang (Zat) Allah.

Sahih Al-Jami' al-Saghir (2976). Hadis Hasan

Allah menyuruh kita melihat memerhati makhluk-Nya untuk mengenalinya, tetapi tidak Zat-Nya kerana tidak mampu dicapai oleh manusia.

Firman Allah Taala:

لَّا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

Maksudnya: Ia tidak dapat dilihat dan diliputi oleh penglihatan mata, sedang Ia dapat melihat (dan mengetahui hakikat) segala penglihatan (mata), dan Dia lah Yang Maha Halus (melayan hamba-hambaNya dengan belas kasihan), lagi Maha Mendalam pengetahuanNya.

(Surah al-An`am, 6:103)

• Wassalam




 

Comments

Popular posts from this blog

Ustaz Ghazali Omar 020912

Ustaz Shamsuddin 090809